KEBERKAHAN YANG TIADA AKHIR

'

Rabu, 28 Desember 2011

BIOGRAFI AL HABIB AHMAD BIN ALWY ALHADDAD ( HABIB KUNCUNG )

MANAQIB AL HABIB AHMAD BIN ALWY ALHADDAD ( HABIB KUNCUNG )




Tak jauh dari Mall Kalibata terdapat maqom Seorang waliyulloh, Habib Ahmad Bin alwi Al hadad yang dikenal dengan Habib Kuncung. Beliau adalah seorang ulama yang memilki prilaku ganjil (khoriqul a’dah) yaitu diluar kebiasaan manusia umumnya.beliau adalah waliyullah yang sengaja ditutup kewaliannya agar orang biasa tidak menyadari kelebihannya karena di kawatirkan umat nabi Muhammad terlalu mencintainya dan agar tidak terlena dengan karamah nya tersebut maka allah swt menutup karamahnya tersebut dan hanya orang-orang tertentu yang dapat melihat semua karomah Beliau.Habib Kuncung juga terkenal sebagai ahli Darkah maksudnya disaat sesorang dalam kesulitan dan sangat memerlukan bantuan beliau muncul dengan tiba – tiba .Lahir di Gurfha HadroMaut Tarim tanggal 26 sya’ban Tahun 1254 H, beliau berguru kepada Ayahandanya sendiri Habib alwi Al Hadad dan juga belajar kepada Al A’lamah Habib Ali bin Husein Al Hadad, Habib Abdurrahman Bin Abdulloh Al Habsyi dan Habib Abdulloh bin Muchsin al athos. Sebagaimana kebiasaan Ulama-ulama dari Hadromaut untuk melakukan perjalanan Ritual Dakwah ke berbagai negara termasuk ke Indonesia. Habib ahmad bin Alwi al hadad melakukan ritual dakwah ke Indonesia pertama kali singgah di Kupang dan menurut cerita Beliau Menetap beberapa tahun disana dan menikah dengan wanita bernama Syarifah Raguan Al Habsyi dan di karunai anak bernama Habib Muhammad Bin Ahmad Al Hadad. Selanjutnya Habib Ahmad bin Alwi al hadad melanjutkan dakwahnya ke pulau jawa dan menetap di Kali Bata hingga wafatnya.
Gelar Habib Kuncung yang diberikan kepada Habib Ahmad bin Alwi Al hadad yang saya tahu karena kebiasaan Beliau mengenakan Kopiah yang menjulang keatas (Muncung), dan Prilaku beliau yang terlihat aneh dari kebiasaan orang pada umumnya terutama dalam hal berpakaian. Habib Kuncung Wafat dalam usia 93 tahun tepatnya tanggal 29 sya,ban 1345 H atau sekitar tahun 1926 M dan di Maqomkan di Pemakaman Keluarga Al Hadad di Kalibata jakarta selatan.
Hingga kini Maqom Beliau selalu Ramai di kunjungi oleh para Peziarah dari berbagai daerah di Nusantara terutama pada perayaan Maulid yang diadakan setiap minggu pertama Bulan Robiul awal ba’da asyar.

BIOGRAFI AL HABIB SHOLEH BIN MUHSIN AL HAMID ( TANGGUL )

MANAQIB AL HABIB SHOLEH BIN MUHSIN AL HAMID ( TANGGUL )

HABIB SHOLEH BIN MUHSIN AL HAMID ( TANGGUL JEMBER JAWA TIMUR)

                                                                                                   Beliau adalah seorang wali qhutub yang lebih dikenal Dengan nama habib Sholeh Tanggul, Ulama karismatik yang berasal dari Hadro maut pertama kali melakukan da’wahnya ke Indonesia sekitar tahun 1921 M dan menetap di daerah tanggul Jember Jawa timur. Habib Sholeh lahir tahun 1313 H dikota Korbah , ayahnya bernama Muhsin bin Ahmad juga seorang tokoh Ulama dan Wali yang sangat di cintai masyarakat , Ibunya bernama Aisyah ba umar

Sejak Kecil Habib sholeh gemar sekali menuntut ilmu , beliau banyak belajar dari ayahandanya yang memang seorang Ahli ilmu dan Tashauf , berkat gembelengan dan didikan dari ayahnya Habib sholeh memilki kegelisahan Batiniyah yang rindu akan Alloh Swt dan Rindunya Kepada Rosululloh SAW, akhirnya beliau melakukan Uzlah ( Mengasingkan diri) selama hampir 7 tahun sepanjang waktu selama beruzlah Habib Sholeh memperbanyak Baca al quran , Dzikir dan membaca Sholawat . Hingga Akhirnya Habib Sholeh Di datangi Oleh tokoh Ulama yang juga wali Quthub Habib Abu bakar bin Muhammad assegaf dari Gresik, Habib Sholeh Diberi sorban hijau yang katanya Sorban tersebut dari Rosululloh SAW dan ini menurut Habib Abu bakar assegaf adalah suatu Isyarat bahwa Gelar wali Qhutub yang selama ini di sandang oleh habib Abubakar Assegaf akan diserahkan Kepada Habib Sholeh Bin Muhsin , Namun Habib sholeh Tanggul merasa bahwa dirinya merasa tidak pantas mendapat gelar Kehormatan tersebut. Sepanjang Hari habib Sholeh tanggul Menangis memohon kepada Alloh Swt agar mendapat Petunjuknya.

Dan suatu ketika habib Abyubakar Bin Muhammad assegaf gresik mengundang Habib sholeh tanggul untuk berkunjung kerumahnya , setelah tiba dirumah habib Abubakar Bin Muhammad assegaf menyuruh Habib Sholeh tanggul untuk melakukan Mandi disebuah kolam Milik Habib Abu bakar Assegaf , setelah mandi habib Sholeh tanggul di beri Ijazah dan dipakaikan Sorban kepadanya. Dan hal tersebut merupakan Isyarat Bahwa habib Abubakar Bin Muhammad Assegaf telah memberikan Amanat kepada Habib sholeh tanggul untuk melanjutkan Da’wak kepada masyrakat.

Habib Sholeh mulai melakukan berbagai aktifitas dakwahnya kepada Masyarakat, dengan menggelar berbagai Pengajian-pengajian . Kemahiran beliau dalam penyampaian dakwahnya kepada masyarakat membuat beliau sangat dicintai , dan Habib sholeh Mulai dikenal dikalangan Ulama dan habaib karena derajat keimuan serta kewaliaan yang beliau miliki. Habib sholeh tanggul sering mendapat Kunjungan dari berbagai tokoh ulama serta habaib baik sekedar untuk bersilahturahim ataupun untuk membahas berbagai masalah keaganmaan, bahkan para ulama serta habaib di tanah air selalu minta didoakan karena menurut mereka doa Habib sholeh tanggul selalu di kabulkan oleh alloh SWt, Pernah suatu ketika habib Sholeh tanggul berpergian dengan habib Ali Al habsy Kwitang dan Habib ali bungur dalam perjalanan Beliau melihat kerumunan Warga yang sedang melaksanakan sholat Istisqo’ ( Sholat minta hujan ) karena musim kemarau yang berkepanjangan , lalu Habib sholeh Memohon kepada alloh Untuk menurunkan Hujan maka seketika itupula hujan turun. Beliau berpesan kepada jama’ah Majlis ta’limnya apabila do’a-doa kita ingin dikabulkan oleh Alloh Swt jangan sekali-kali kita membuat alloh murka dengan melakukan Maksiyat, Muliakan orang tua mu dan beristiqomalah dalam melaksanakan sholat subuh berjama’ah.

Habib Sholeh berpulang kerahmatulloh pada tanggal 7 sawal 1396 h atau sekitar tahun 1976, hingga sekarang Karomah beliau yang tampak setelah beliau meninggal adalah bahwa maqom beliau tidak pernah sepi dari para jamaah yang datang dari berbagai daerah untuk berziarah apalagi waktu perayaan haul beliau yang diadakan setiap hari kesepuluh dibulan syawal ribuan orang akan tumpah ruah kejalan untuk memperingati Khaul beliau.


BIOGRAFI AL HABIB ABU BAKAR BIN MUHAMMAD ASSEGAF ( GRESIK )



manaqib habib Abubakar bin muhammad assegaf(gersik)
Habib Abu Bakar as-Segaf Gresik

Sebuah perjalanan religius seorang kekasih Allah hingga maqom Shiddiqiyyah Kubro

Beliau adalah Al-Imam al-Quthbul Fard al-Habib Abu Bakar bin Muhammad bin Umar bin Abu Bakar bin Al-Habib Umar bin Segaf as-Segaf (seorang imam di lembah Al-Ahqof). Garis keturunan beliau yang suci ini terus bersambung kepada ulama dari sesamanya hingga bermuara kepada pemuka orang-orang terdahulu, sekarang dan yang akan datang, seorang kekasih nan mulia Nabi Muhammad S.A.W. Beliau terlahir di kampung Besuki (salah satu wilayah di kawasan Jawa Timur) tahun 1285 H. Ayahanda beliau ra. wafat di kota Gresik, sementara beliau masih berumur kanak-kanak.

Sungguh al-Habib Abu Bakar bin Muhammad as-Segaf tumbuh besar dalam asuhan dan penjagaan yang sempurna. Cahaya kebaikan dan kewalian telah tampak dan terpancar dari kerut-kerut wajahnya, sampai-sampai beliau R.a di usianya ke-3 tahun mampu mengingat kembali peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi pada dirinya. Semua itu tak lain karena power (kekuatan) dan kejernihan rohani beliau, serta kesiapannya untuk menerima curahan anugerah dan Fath (pembuka tabir hati) darinya.

Pada tahun 1293 H, atas permintaan nenek beliau yang sholehah Fatimah binti Abdullah (Ibunda ayah beliau), beliau merantau ditemani oleh al-Mukaram Muhammad Bazamul ke Hadramaut meninggalkan tanah kelahirannya Jawa. Di kala al-Habib Abu Bakar bin Muhammad as-Segaf akan sampai di kota Sewun, beliau di sambut di perbatasan kota oleh paman sekaligus guru beliau al-Allamah Abdullah bin Umar berikut para kerabat. Dan yang pertama kali dilantunkan oleh sang paman bait qosidah al-Habib al-Arifbillah Syeh bin Umar bin Segaf seorang yang paling alim di kala itu dan menjadi kebanggaan pada jamannya. Dan ketika telah sampai beliau dicium dan dipeluk oleh pamannya. Tak elak menahan kegembiraan atas kedatangan sang keponakan dan melihat raut wajahnya yang memancarkan cahaya kewalian dan kebaikan berderailah air mata kebahagiaan sang paman membasahi pipinya.

Hati para kaum arifin memiliki ketajaman pandang
Mampu melihat apa yang tak kuasa dilihat oleh pemandang.

Sungguh perhatian dan didikan sang paman telah membuahkan hasil yang baik pada diri sang keponakan. Beliau belajar kepada sang paman al-Habib Abdullah bin Umar ilmu fiqh dan tasawuf, sang paman pun suka membangunkannya pada akhir malam ketika beliau masih berusia kanak-kanak guna menunaikan shalat tahajjud bersama-sama, al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf mempunyai hubungan yang sangat kuat dalam menimba ilmu dari para ulama dan pemuka kota Hadramaut. Sungguh mereka (para ulama) telah mencurahkan perhatiannya pada al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf. Maka beliau ra. Banyak menerima dan memparoleh ijazah dari mereka. Diantara para ulama terkemuka Hadramaut yang mencurahkan perhatiannya kepada beliau, adalah al-Imam al-Arifbillah al-Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi, (seorang guru yang sepenuhnya mencurahkan perhatiannya kepada al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf).

Sungguh Habib Ali telah menaruh perhatiannya kepada al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf semenjak beliau masih berdomisili di Jawa sebelum meninggalkannya menuju Hadramaut.

Al-Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi berkata kepada salah seorang murid seniornya "Perhatikanlah! Mereka bertiga adalah para wali, nama, haliyah, dan maqom (kedudukan) mereka sama. Yang pertama adalah penuntunku nanti di alam barzakh, beliau adalah Quthbul Mala al-Habib Abu Bakar bin Abdullah al-Aidrus, yang kedua, aku melihatnya ketika engkau masih kecil beliau adalah al-Habib al-Ghoust Abu Bakar bin Abdullah al-Atthos, dan yang ketiga engkau akan melihat sendiri nanti di akhir dari umurmu".

Maka tatkala memasuki tahun terakhir dari umurnya, ia bermimpi melihat Rosulullah SAW sebanyak lima kali berturut-turut selama lima malam, sementara setiap kali dalam mimpi Beliau SAW mengatakan kepadanya (orang yang bermimpi) " Lihatlah di sampingmu, ada cucuku yang sholeh Abu Bakar bin Muhammad Assegaf"! Sebelumnya orang yang bermimpi tersebut tidak mengenal al-Habib Abu Bakar Assegaf kecuali setelah dikenalkan oleh Baginda Rosul al-Musthofa SAW didalam mimpinya. Lantas ia teringat akan ucapan al-Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi dimana beliau pernah berkata "Mereka bertiga adalah para wali, nama dan kedudukan mereka sama". Setelah itu ia (orang yang bermimpi) menceritakan mimpinya kepada al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf dan tidak lama kemudian ia meninggal dunia.

Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf mendapat perhatian khusus dan pengawasan yang istimewa dari gurunya al Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi sampai-sampai Habib Ali sendiri yang meminangkan beliu dan sekaligus menikahkannya. Selanjutnya (diantara para masyayikhnya) adalah al Allamah al Habib Abdullah bin Umar Assegaf sebagai syaikhut tarbiyah, al Imam al Quthb al Habib Muhammad bin Idrus al-Habsyi sebagai syaikhut taslik, juga al Mukasyif al Habib Abdul Qadir bin Ahmad bin Quthban sebagai syaikhul fath. Guru yang terakhir ini sering memberi berita gembira kepada beliau "Engkau adalah pewaris haliyah kakekmu al Habib Umar bin Segaf". Sekian banyak para ulama para wali dan para kaum sholihin Hadramaut baik itu yang berasal dari Sewun, Tarim dan lain-lain yang menjadi guru al Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf, seperti al Habib Muhammad bin Ali Assegaf, al Habib Idrus bin Umar al-Habsyi, al Habib Ahmad bin Hasan al-Atthas, al Habib Abdurrahman al-Masyhur, juga putera beliau al Habib Ali bin Abdurrahman al-Masyhur, dan juga al Habib Syekh bin Idrus al-Idrus dan masih banyak lagi guru beliau yang lainnya.

Pada tahun 1302 H, ditemani oleh al Habib Alwi bin Segaf Assegaf al Habib Abu Bakar Assegaf pulang ketanah kelahirannya (Jawa) tepatnya di kampung Besuki. Selanjutnya pada tahun 1305 H, ketika itu beliau berumur 20 tahun beliau pindah ke kota Gresik sambil terus menimba ilmu dan meminta ijazah dari para ulama yang menjadi sinar penerang negeri pertiwi Indonesia, sebut saja al Habib Abdullah bin Muhsin al-Atthas, al Habib Abdullah bin Ali al-Haddad, al Habib Ahmad bin Abdullah al-Atthas, al Habib Abu Bakar bin Umar bin Yahya, al Habib Muhammad bin Idrus al-Habsyi,al Habib Muhammad bin Ahmad al-Muhdlar, dan lain sebagainya.

Kemudian pada tahun 1321 H, tepatnya pada hari jum'at ketika sang khatib berdiri diatas mimbar beliau r.a mendapat ilham dari Allah SWT bergeming dalam hatinya untuk mengasingkan diri dari manusia semuanya. Terbukalah hati beliau untuk melakukannya, seketika setelah bergeming beliau keluar dari masjid jami' menuju rumah kediamannya. Beliau al Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf ber-uzlah atau khalwat (mengasingkan diri) dari manusia selama lima belas tahun bersimpuh dihadapan Ilahi Rabbi. Dan tatkala tiba saat Allah mengizinkan beliau untuk keluar dari khalwatnya, guru beliau al Habib Muhammad bin Idrus al-Habsyi mendatanginya dan memberi isyarat kepada beliau untuk mengakhiri masa khalwatnya, al Habib Muhammad al-Habsyi berkata "selama tiga hari kami bertawajjuh dan memohon kepada Allah agar Abu Bakar bin Muhammad Assegaf keluar dari khalwatnya", lantas beliau menggandeng al Habib Abu Bakar Assegaf dan mengeluarkannya dari khalwatnya. Kemudian masih ditemani al Habib Muhammad al-Habsyi beliau r.a menziarahi al Habib Alawi bin Muhammad Hasyim, sehabis itu meluncur ke kota Surabaya menuju ke kediaman al Habib Abdullah bin Umar Assegaf. Sambil menunjuk kepada al Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf al Habib Muhammad bin Idrus al-Habsyi memproklamirkan kepada para hadirin "Ini al Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf termasuk murtiara berharga dari simpanan keluarga Ba 'Alawi, kami membukanya agar bisa menularkan manfaat bagi seluruh manusia".

Setelah itu beliau membuka majlis ta'lim dirumahnya, beliau menjadi pengayom bagi mereka yang berziarah juga sebagai sentral (tempat rujukan) bagi semua golongan diseluruh penjuru, siapa pun yang mempunyai maksud kepada beliau dengan dasar husnudz dzan niscaya ia akan meraih keinginannya dalam waktu yang relatif singkat. Di rumah beliau sendiri, al Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf telah menghatamkan kitab Ihya' Ulumuddin lebih dari 40 kali. Pada setiap kali hatam beliau selalu menghidangkan jamuan yang istimewa. al Habib Abu Bakar Assegaf betul-betul memiliki ghirah (antusias) yang besar dalam menapaki aktivitas dan akhlaq para aslaf (pendahulunya), terbukti dengan dibacanya dalam majlis beliau sejarah dan kitab-kitab buah karya para aslafnya.

Adapun maqom (kedudukan) al Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf, beliau telah mencapai tingkat Shiddiqiyah Kubro. Hal itu telah diakui dan mendapat legitimasi dari mereka yang hidup sezaman dengan beliau. Berikut ini beberapa komentar dari mereka.

al Imam al Habib Muhammad bin Ahmad al-Muhdhar berkata,

"Demi fajar dan malam yang sepuluh dan yang genap dan yang ganjil. Sungguh al Akh Abu Bakar bin Muhammad Assegaf adalah mutiara keluarga Segaf yang terus menggelinding (maqomnya) bahkan membumbung tinggi menyusul maqom-maqom para aslafnya".

Al Habib Alwi bin Muhammad al-Haddad berkata,

"Sesungguhnya al Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf adalah seorang Quthb al Ghaust juga sebagai tempat turunnya pandangan (rahmat) Allah SWT".

Al Arif billah al Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi pernah berkata di rumah al Habib Abu Bakar Assegaf dikala beliau membubuhkan tali ukhuwah antara beliau dengan al Habib Abu Bakar Assegaf, pertemuan yang diwarnai dengan derai air mata. Habib Ali berkata kepada para hadirin ketika itu,

"Lihatlah kepada saudaraku fillah Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf. Lihatlah ia..! Maka melihat kepadanya termasuk ibadah"

Al Habib Husein bin Muhammad al-Haddad berkata,

"Sesungguhnya al Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf adalah seorang khalifah. Beliau adalah penguasa saat ini, belia telah berada pada Maqom as Syuhud yang mampu menyaksikan (mengetahui) hakekat dari segala sesuatu. Beliau berhak untuk dikatakan "Dia hanyalah seorang hamba yang kami berikan kepadanya (sebagai nikmat)".

KISAH PEMUDA YANG MENIKAHI BIDADARI

PADA zaman Rasulullah Saw. tersebutlah Sa’d al-Salmi, salah satu sahabat yang seluruh hidupnya diserahkan untuk berjuang dami mengibarkan bendera Islam. Satu ketika, dia bertanya kepada Nabi: “Ya Rasulullah, apakah hitamnya kulitku dan buruknya wajahku akan menghalang-halangiku dari masuk surga?” Itu adalah pertanyaan yang dia kemukakan sebagai ungkapan rasa putus asa atas kenyataan yang menimpanya sebagai manusia biasa. Secara fisik, memang Sa’d masih jauh untuk dikatakan pria tampan, ditambah lagi kulitnya yang hitam.
“Tidak! Demi Dzat yang jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya. Apakah engkau tidak percaya pada Tuhanmu dan dengan apa yang dibawa oleh Rasul-Nya?” Demikian Rasulullah menjawab, sembari beliau menaruh rasa penasaran akan pertanyaan yang sederhana ini, tapi tentunya ada alasan tersendiri yang beliau belum mengetahuinya.
Kemudian Sa’d menjawab, “Demi Dzat yang telah memuliakanmu dengan sifat kenabian. Sungguh aku telah bersyahadat bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan sungguh Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, sebelum saya duduk di sini 8 bulan yang lalu. Aku telah meng-khithbah orang-orang yang ada di depanmu dan mereka yang tidak menyertaimu. Tapi semuanya menolak karena hitam dan jeleknya rupaku. Sungguh cukup bagiku Bani Tsaqif, tapi begitulah, hitamku ini jadi penghalang.”
Rupanya alasan inilah yang menarik hati Sa’d bertanya perihal surga. Dia merasa pesimis akan keadaannya, hingga memaksa untuk mengutarakannya kepada Nabi. Lalu Nabi menanyakan kepada sahabat yang lain, “Adakah Amr bin Wahab sekarang?” Amr adalah salah satu sahabat yang baru saja masuk Islam dari Bani Tsaqif.
“Tidak ada, ya Rasulullah,” jawab mereka.
Kemudian Rasulullah menanyakan kepada Sa’d, “Apakah engkau tahu di mana rumah Amr?”
“Ya, saya tahu rumahnya,” jawab Sa’d.
“Pergilah ke sana. Ketuk pintu rumahnya dengan ketukan yang lembut. Ucapkan salam. Kemudian setelah engkau masuk, katakan kepadanya bahwa Rasulullah Saw. akan menikahkan aku dengan putrimu.” Amr bin Wahab ternyata memiliki putri yang cantik lagi cerdas.
Perintah ini akhirnya dilaksanakan oleh Sa’d dengan penuh percaya diri dan hatinya begitu yakin atas perintah Nabi ini. Tapi pada kenyataannya, di saat Sa’d melaksanakan semua itu, Amr menolak dengan tegas pernyataan Sa’d meskipun itu perintah Nabi. Barangkali terbesit dalam hatinya ketidak percayaan bahwa putrinya yang cantik harus menikah dengan pemuda yang buruk rupa dan hitam lagi. Bahkan menuduh Sa’d berbohong dengan menjual nama Nabi untuk diambil keuntungan di balik nama besar beliau. Karena merasa gagal, maka kembalilah Sa’d kepada Rasulullah, pada saat dia kembali inilah sang putri mengutarakan sesuatu kepada ayahnya,
“Wahai ayahandaku, ini adalah keberuntungan. Sungguh ini keberuntungan. Kalau memang Rasulullah hendak menikahkan diriku dengan pemuda tadi, maka diriku benar-benar ridha atas apa yang Allah dan Rasul-Nya ridhai!”
Sungguh tulus jawaban putri Amr bin Wahab, dia benar-benar menyerahkan semuanya pada kehendak Allah dan Rasul-Nya. Ia tidak melihat orang yang diperintah tapi dia melihat siapa yang memerintah. Sungguh hanya ketinggian iman yang bisa menumbuhkan rasa ini. Mendengar penuturan putri kesayangannya, dengan segera Amr meminta klarifikasi kepad Nabi. Sesampai di rumah Rasulullah, dia duduk bersimpuh dan siap menerima apa yang akan terjadi. Pada saat itu, Rasulullah bersabda,
“Kamukah orangnya yang menolak perintah Rasulullah?”
Amr menjawab, “Kekasihku, memang benar aku melakukannya dan aku meminta ampunan kepada Allah atas apa yang sudah aku lakukan. Aku kira dia berbohong dengan apa yang dia utarakan. Kalau memang dia benar maka sungguh aku nikahkan dia dengan putri kesayanganku. Dan aku berlindung kepada Allah dari murka-Nya dan murka Rasul-Nya. Dan nikahkan putriku dengan Sa’d dengan mas kawin 400 dirham.”
Kemudian Rasulullah bersabda kepada Sa’d, “Pergilah kepada istrimu, kumpulilah dia.”
Lalu Sa’d menjawab, “Demi Dzat yang mengutusmu dengan haq sebagai Nabi, ya Rasulullah, sungguh aku tak punya apa-apa hingga aku meminta pada saudara-saudaraku.”
Rupanya, Sa’d bukan hanya hitam dan buruk rupa, tapi juga miskin. Kemudian Rasulullah Saw. bersabda, “Mahar istrimu masih ada pada tiga golongan orang mukmin. Pergilah kepada Utsman bin Affan, mintalah 200 dirham darinya. Lalu pergilah kepada Abdurrahman bin Auf dan ambillah 200 dirham, terakhir kunjungilah Ali dan ambillah darinya 200 dirham pula!”
Akhirnya Sa’d melaksanakan perintah Rasulullah ini, bahkan dari tiap-tiap sahabat Nabi yang diminta, dia selalu mendapatkan pemberian yang lebih dan Sa’d mendapatkan uang yang lebih banyak dari 400 dirham yang ditargetkan.
Kebahagiaan meliputi hati Sa’d karena secara fisik jauhlah ia dikatakan pemuda yang tampan. Tapi justru mendapatkan seorang istri yang cantik dan shalihah. Kemudian di saat dia membelanjakan uangnya, terdengarlah pengumuman yang mengejutkan, bahwa Rasulullah memerintahkan kewajiban jihad fi sabilillah sepada seluruh umat Islam. Ujian yang tidak ringan bagi Sa’d. Baru saja dia merengkuh kebahagiaan yang dia cari sekian lama, ternyata panggilan jihad lebih indah terngiang di telinga jiwanya dibanding nikmatnya bercengkerama dengan istri yang ia dambakan sebelumnya. Sa’d lebih memilih jihad fi sabilillah li i’la-i kalimatillah sebagai bukti cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Dengan lantang dia berkata,
“Sungguh! Hari ini akan kujadikan dirham-dirhamku untuk sesuatu yang Allah dan Rasul-Nya serta seluruh kaum muslimin cintai!” Lalu Sa’d membelanjakan dirhamnya untuk membeli peralatan perang, mulai dari kuda, pedang, tombak, tameng, sampai baju besi baja berwarna hitam dan dengan gagah berani dia bertempur bersama pasukan Muhajirin yang lain.
Kehendak Allah adalah ketetapan yang harus diterima oleh seluruh makhluk-Nya. Sa’d ternyata ditakdirkan untuk meninggalkan kenikmatan yang belum ia tengkuh seluruhnya. Ia adalah salah satu dari sekian ratus pasukan Islam yang terluka parah, luka-luka yang ia derita memaksanya untuk melepas baju kefanaan dunia. Pada saat evakuasi korban, ditemukanlah seonggok tubuh terbungkus baju besi berbalut luka yang cukup serius. Sahabat Nabi yang lain tidak mengenali sesosok pemuda di balik baju besi itu dan sampai-sampai Ali pun salah mengira akan identitas pemakainya. Ini tiada lain karena Sa’d bukanlah sahabat Nabi yang banyak orang lain mengenalnya. Nabi baru mengenalnya setelah melihat warna hitam baju perang yang dia pakai. Itupun Rasulullah masih bertanya,
“Engkaukah Sa’d al-Salmi?”
Sa’d menjawab, “Ya!”
Lalu, dengan penuh haru, Rasulullah mengangkat kepada Sa’d ke pangkuan beliau. Dia mengusap dengan tangannya sendiri debu yang mengotori wajah Sa’d. Seorang ksatria Islam yang gagah berani telah meninggalkan dunia yang fana. Rasulullah bersabda, “Anak muda, sungguh sangatlah harum semerbak aromamu karena besarnya cintamu pada Allah dan Rasul-Nya.”
Kemudian Rasul pun menitikkan air mata, tapi sungguh mengejutkan karena sesaat kemudian beliau malah tertawa. Lalu memalingkan wajahnya.
Abu Lubabah dengan penuh rasa penasaran menanyakan kepada beliau, “Ya Rasulullah, kenapa engkau menangis kemudian tertawa lalu memalingkan wajahmu?”
Beliau menjawab, “Tangisanku adalah tangisan rindu kepada Sa’d, sedangkan tertawaku karena bahagia melihat derajat kemuliaan yang Sa’d peroleh di hadapan Allah, aku memalingkan wajah karena aku malu melihat bidadari berputar-putar mengelilingi Sa’d menjadi istri-istrinya.” Subhanallah

SEORANG NENEK YANG IKHLAS

Seorang nenek harus berjalan jauh ke pasar di kota untuk menjual bunga cempaka. Itulah kerja hariannya.

Selepas berjualan, beliau singgah dahulu ke masjid di kota untuk bersolat zuhur.
Selepas berdoa dan berwirid sekadarnya, nenek itu akan terlebih dahulu membersihkan dedaun yang berselerakan di halaman masjid. Ini dilakukannya setiap hari di bawah terik matahari. Setelah semua dedaun itu dibersihkan barulah beliau pulang ke desanya.Jemaah dan pengelola masjid kasihan melihat rutin nenek yang demikian.

Suatu hari, pengurus masjid memutuskan untuk membersihkan dedaun yang berselerakan di halaman masjid sebelum nenek itu datang. Fikirnya, usaha itu akan membantu nenek tadi agar tidak perlu bersusah payah membersihkan halaman masjid itu.

Rupanya, niat baik itu telah membuat nenek tersebut menangis sedih.

Dia bermohon supaya dia terus diberi kesempatan membersihkan halaman masjid seperti biasa.

Akhirnya, pihak masjid terpaksa membiarkan situasi berjalan seperti biasa supaya nenek itu tidak lagi hiba.

Satu ketika apabila ditanyakan seorang kiai mengapa nenek tersebut perlu melakukan hal itu, nenek tersebut menjawab:

“Saya ini perempuan bodoh, kiai. Saya tahu amal-amal saya yang kecil ini mungkin juga tidak benar dijalankan. Saya tidak mungkin selamat pada hari kiamat tanpa syafaat Rasulullah sollallahu `alaihi wasallam.
“Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu selawat kepada Rasulullah sollallahu `alaihi wasallam. Kelak jika saya mati, saya ingin Rasulullah menjemput saya.
“Biarlah semua dedaun ini bersaksi bahwa saya telah membacakan selawat kepadanya.”

Allah SWT berfirman :

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيما

“Sesungguhnya Allah dan Malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi. Wahai orang-orang yang beriman bershalawat salamlah kepadanya. (QS Al-Ahzab 33: 56)

Rasulullah SAW bersabda :
“Tidak seorang pun yang memberi salam kepadaku kecuali Allah akan menyampaikan kepada ruhku sehingga aku bisa menjawab salam itu. (HR Abu Dawud dari Abu Hurairah. Ada di kitab Imam an-Nawawi, dan sanadnya shahih).

Mudah-mudahan kita dapat sama-sama menghayati keikhlasan sifat nenek yang mulia itu.

KODE NSP ESIA QASIDAH MAJELIS TA'LIM NURUL MUSTHOFA

6360032 Habib Hasan Bin Jafar Assolatu Alaan Nabi 2 Condet_Universal
6360034 Habib Hasan Bin Jafar Qod Tamamallohu Maqod Condet_Universal
6360026 Habib Hasan Bin Jafar Tawasul Condet_Universal
6360049 Habib Hasan Bin Jafar Yaa Robbama Condet_Universal
6360011 Habib Hasan Bin Jafar Igfirliman Qod Asya Condet_Universal
6360057 Habib Hasan Bin Jafar Sholatun Bisalami Mubin Condet_Universal
6360040 Habib Hasan Bin Jafar Yaa Arhamarrohimin 2 Condet_Universal
6360046 Habib Hasan Bin Jafar Yaa Thoybah Condet_Universal
6360002 Habib Hasan Bin Jafar Daauni Condet_Universal
6360021 Habib Hasan Bin Jafar Nurul Musthofa Condet_Universal
6360060 Habib Hasan Bin Jafar Yaa Dzaljalali Wal Ikrom Condet_Universal
6360001 Habib Hasan Bin Jafar Khoirol Bariyyah Condet_Universal
6360014 Habib Hasan Bin Jafar Marhaban Ya Nurul Aini Condet_Universal
6360025 Habib Hasan Bin Jafar Tawasul 2 Condet_Universal
6360050 Habib Hasan Bin Jafar Ya Robbisholli Alaa Muhammad Condet_Universal
6360013 Habib Hasan Bin Jafar Igfirliman Qod Asya 2 Condet_Universal
6360009 Habib Hasan Bin Jafar Sidnan Nabi Condet_Universal
6360048 Habib Hasan Bin Jafar Yaa Hanana Condet_Universal
6360047 Habib Hasan Bin Jafar Yaa Thoybah Bhs Arab Condet_Universal
6360016 Habib Hasan Bin Jafar Daauni 2 Condet_Universal
6360035 Habib Hasan Bin Jafar Qulya Adzim Condet_Universal
6360044 Habib Hasan Bin Jafar Yaa Dzaljalali Wal Ikrom 2 Condet_Universal
6360022 Habib Hasan Bin Jafar Khoirol Bariyyah 2 Condet_Universal
6360010 Habib Hasan Bin Jafar Muhammadun Yaa Rasululloh Condet_Universal
6360027 Habib Hasan Bin Jafar Tholaal Badru Alaina Condet_Universal
6360004 Habib Hasan Bin Jafar Yaa Robbibil Musthofa Condet_Universal
6360007 Habib Hasan Bin Jafar Alfashololloh Condet_Universal
6360041 Habib Hasan Bin Jafar Ya Alloh Bi Khusnil Khotimah Condet_Universal
6360023 Habib Hasan Bin Jafar Sidnan Nabi 2 Condet_Universal
6360058 Habib Hasan Bin Jafar Yaa Hanana 2 Condet_Universal
6360045 Habib Hasan Bin Jafar Yaa Thoybah Bhs Arab 2 Condet_Universal
6360028 Habib Hasan Bin Jafar Ahmad Ya Habibi Condet_Universal
6360036 Habib Hasan Bin Jafar Robbifagfirli Djunubi Yaa Alloh Condet_Universal
6360059 Habib Hasan Bin Jafar Yaa Dzaljalali Wal Ikrom 3 Condet_Universal
6360006 Habib Hasan Bin Jafar Khoirol Bariyyah Akustik Condet_Universal
6360033 Habib Hasan Bin Jafar Muhammadun Yaa Rasululloh 2 Condet_Universal
6360008 Habib Hasan Bin Jafar Waktusyahr Condet_Universal
6360015 Habib Hasan Bin Jafar Yaa Robbibil Musthofa 2 Condet_Universal
6360018 Habib Hasan Bin Jafar Alfashololloh 2 Condet_Universal
6360003 Habib Hasan Bin Jafar Laa Ilaaha Ilalloh Condet_Universal
6360020 Habib Hasan Bin Jafar Sirillah Ya Habibana Ali Condet_Universal
6360039 Habib Hasan Bin Jafar Ya Laqolbin Surur Condet_Universal
6360030 Habib Hasan Bin Jafar Allah Hayie Allahu Condet_Universal
6360037 Habib Hasan Bin Jafar Sholallahu Alaa Sayyidina Muhammad Condet_Universal
6360051 Habib Hasan Bin Jafar Yaa Ahla Baiti Nabi Condet_Universal
6360053 Habib Hasan Bin Jafar Yaa Robbibil Musthofa Syair Indonesia Condet_Universal
6360017 Habib Hasan Bin Jafar Khoirol Bariyyah Akustik 2 Condet_Universal
6360038 Habib Hasan Bin Jafar Yaa Robbi Sholli Alal Muhktar Toha Rosul Condet_Universal
6360019 Habib Hasan Bin Jafar Waktusyahr 2 Condet_Universal
6360005 Habib Hasan Bin Jafar Assolatu Alaan Nabi Condet_Universal
6360012 Habib Hasan Bin Jafar Laa Ilaaha Ilalloh Versi 2 Condet_Universal
6360024 Habib Hasan Bin Jafar Sirillah Yaa Ramadhan Condet_Universal
6360042 Habib Hasan Bin Jafar Ya Nabi Salam Alaika Condet_Universal
6360031 Habib Hasan Bin Jafar Allah Hayyie Allahu 2 Condet_Universal
6360056 Habib Hasan Bin Jafar Sholallahu Alla Muhammad Condet_Universal
6360043 Habib Hasan Bin Jafar Yaa Arhamarrohimin Condet_Universal
6360054 Habib Hasan Bin Jafar Yaa Robbibil Musthofa 2 Syair Indonesia Condet_Universal
6360029 Habib Hasan Bin Jafar Alaa Yallah Binadrah Condet_Universal
6360052 Habib Hasan Bin Jafar Yaa Robbi Sholli Alal Muhktar Toha Rosul Condet_Universal

Dalil berdiri saat Mahalulqiyam

Berdiri untuk menghormati sesuatu sesunguhnya sudah menjadi tradisi kita. Bahkan tidak jarang, orang berdiri untuk menghormati benda mati.... Misalnya, setiap kali upacara bendera dilaksanakan pada hari Senin, setiap tanggal 17 Agustus, maupun pada waktu yang lain ketika bendera bendera merah putih dinaikkan dan lagu Indonesia Raya dikumandangkan maka seluruh peserta upacara diharuskan berdiri. Tujuannya tidak lain hanya untuk menghormati bendera Merah Putih dan untuk menghormati para pejuang bangsa.

Demikian pula dengan berdiri ketika membaca shalawat. Itu adalah salah satu bentuk penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai hamba Allah yang paling mulia. Nabi Muhammad SAW bersabda,

عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ الْخُذْرِيّ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِلْأَنْصَارِ: قُوْمُوْا إلَى سَيِّدِكُمْ أوْ خَيْرِكُمْ. رواه مسلم

Dari Abi Said Al-Khudri, beliau berkata, Rasulullah SAW bersabda kepda para sahabat Ansor,” Berdirilah kalian untuk tuan kalian atau orang yang paling baik di antara kalian.” (HR Muslim)

Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki menyatakan bahwa Imam Al-Barzanji di dalam kitab Maulid-nya yang berbentuk prosa menyatakan, ”Sebagian para imam hadits yang mulia itu menganggap baik (istihsan) berdiri ketika disebutkan sejarah Nabi Muhammad SAW. Betapa beruntungnya orang yang mengagungkan Nabi dan menjadikan hal itu sebagai puncak tujuan hidupnya. (Al-Bayan wat Ta’rif fi Dzikral Maulid an-Nabawi, hal 29-30)